KENDARI – Penyebab banjir bandang yang menimpa beberapa daerah di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengundang pro kontra dari sejumlah kalangan.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sultra melalui direkturnya Saharuddin jelas-jelas menilai, bahwa selain karena intensitas hujan yang sangat tinggi, banjir bandang tersebut juga akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
Hal ini pun ikut dibenarkan oleh Wakil Ketua KPK RI, La Ode Muhammad Syarif. Bahkan dia meminta agar pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra agar mengevaluasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah dikeluarkan yang mengakibatkan banjir itu.
“Untuk mencegah terjadinya banjir dan longsor di masa mendatang, pemerintah pusat atau Pemprov harus melakukan hal-hal berikut pertama mengevaluasi IUP yang tidak memiliki kelengkapan perizinan dan mencabut IUP yang tidak clean and clear,” ujar Syarif kepada sejumlah wartawan, Senin (17/6/2019) lalu.
Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas juga angkat bicara soal penyebab banjir yang merendam sejumlah daerah di Sultra itu. “Kan kita lihat di sana banyak penambang, dan lingkungan yang sudah tidak tertata dengan baik,” kata Lukman saat ditemui, di Halaman Kantor Gubernur, beberapa waktu lalu.
Pernyataan orang nomor dua di Sultra ini berbeda dengan Gubernur Sultra Ali Mazi. Kata dia, aktivitas tambang tidak ada hubungannya dengan banjir yang menimpa Kabupaten Konawe Utara saat ini. Karena menurutnya, aktivitas pertambangan tersebut letaknya di wilayah bagian utara sedangkan banjir terjadi di wilayah bagian timur Konut.
Soal penyebab banjir ini juga mengundang para akademisi dan pengamat ikut berkomentar. Diantaranya, Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Prof Dr Muhammad Zamrun. Dirinya masih bumgkam soal penyebab terjadinya banjir bandang di sejumlah daerah di Sultra tersebut. Karena belum adanya data akurat atau penelitian akurat yang meriset hal tersebut.
“Belum lah, sekarang kan semua orang masih persepsi saja, baru mengira-ngira aja, belum ada data yang kurat atau penelitian yang akurat yang menyatakan bahwa penyebab banjir adalah ini, belum ada kan?,” ungkap Zamrun yang ditemui pada di salah satu hotel di Kendari, Kamis (20/6/2019).
Menurut Zamrun, kesimpulan penyebab banjir harus dibuktikan dengan sebuah riset dan penelitian. Sehingga para pihak diminta jangan dulu berspekulasi sebelum keluar hasil riset soal itu.
“Jangan saling menyalahkan apalagi berspekulasi soal penyebab banjir, peru ada riset soal itu,” tegasnya.
Akademisi UHO ini bahkan siap membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe dan Konawe Utara untuk melakukan riset soal penyebab banjir. “Kami sebagai akademisi siap membantu bagaimana menyelesaikan sejumlah permasalahan banjir di Sulawesi Tenggara.
Laporan: Jubirman
Tinggalkan Balasan