
KENDARI – Melemahnya nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar membuat banyak masyarakat yang khawatir. Pasalnya, ini akan berimbas pada naiknya harga-harga suatu barang.
Pengamat ekonomi nasional, Abdul Rahman Farisi mengatakan, anjloknya rupiah ini harus direspon secara hati-hati dan terukur melalui bauran kebijakan fiskal dan Moneter.
Pria yang akrab disapa dengan ARF ini juga menegaskan perlunya ada koordinasi antara otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas sektor keuangan. Sedangkan untuk pemerintah, kata dia, dapat menggunakan istrumen ekspor dan pengaturan impor.
“Pemerintah sebagai otoritas fiskal dapat menggunakan dua instrumen yakni terkait promosi ekspor dan pengaturan impor guna mengendalikan permintaan terhadap dollar US,” jelas ARF, Minggu (09/09/2018).
BACA JUGA : Naikkan Harga BBM, Massa Aksi: Jokowi Beri Kado Pahit Awal Juli
BACA JUGA : Jokowi Siap Dimenangkan 60 Persen di Sultra
Untuk mendorong ekspor, lanjut ARF, maka dalam jangka pendek yang bisa dilakukan adalah ekspor sumber daya alam dan ekspor perikanan-pertanian. Disamping itu, masih bisa pula dilakukan dengan sektor pariwisata.
“Pemerintah Daerah perlu mengambil peran dalam upaya mendorong penguatan rupiah dengan mendorong ekspor di daerah masing-masing, kebijakan baik regulasi maupun anggran bisa ditempuh agar ekspor semakin meningkat,” tambahnya.
Bacaleg DPR RI dari Partai Golkar ini menyarankan agar Sulawesi Tenggara (Sultra) dpat menginisiasi untuk membangun komitmen para gubernur dalam mendorong peningkatan eskpor.
“Mesti ada aksi nyata dari para gubernur dalam mendorong peningkatan ekspor,” tutupnya.
Laporan: Jubirman




Tinggalkan Balasan