KENDAR-Dalam rangka mewujudkan jejaring Kota Kreatif, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Tengggara (Sultra),mengumpulkan berbagai unsur seperti pemerintahan,akademisi,dan dinas terkait,komunitas dan bisnis dalam acara rapat koordinasi (Rakoor) Jejaring Penelitian Pengembangan Kota Kreatif.
Kegiatan ini diselenggarakan pada Selasa, (1 Oktober 2019) di Hotel Horison Kendari.Dengan mengusung tema “membangun peta jalan kabupaten/kota kreaktif berbasis pengembangan potensi ekonomi budaya,pariwisata desa wisata dan industri kreaktif melalui jejaring pendidikan prnelitian pendidikan”.
Strategi Penentuan Subsektor unggulan Kota Kreatif menghadirkan pemateri Global Network Facilitators Of ICH Unesco Waluyo Harry,dan pihak dinas pariwisata.
“Acara ini menghadirkan para pelaku ekonomi kreatif baik pemeritah, komunitas, bisnis,akademisi untuk mendiskusikan lebih tajam berbagai konsep atau strategi penentuan sub sektor unggulan untuk masuk ke Kota Kreatif ,”ujar Kepala Bidang Soskep Balibangda Provinsi Sultra Ridwan Badalah.
Dalam materinya Ridwan,menerankan kota kreaktif berperan penting terhadap pertumbuhan perkonomian suatu daerah.Dalam prespektif makro,pertumbuhan perkonomian sultra bergantung pada empat sektor yakni pertambangan,penggalian pertanian perkebunan dan perikanan.
Namun demikian sektor ekonomi kreaktif masih belum dapat diandalkan.Dimana mengalami turbelensi perkonomian yakni pertumbuhan ekonomi meningkat dan mengalami penurunan angka pengangguran (standar nasional) namun pendapatan (PDRB) dan kemiskinan (khususnya pedesaan) diatas angka nasional.
Dimana pertumbuhan ekonomi 11,61persen (2012) dua kali dilakukan dari angka nasional disebabkan pertambangan dan penggalian.Ketika moratorium dilakukan pertumbuhan ekonomi sultra anjlok 6-7 persen, kurung waktu 2013-2017.
Lanjut kandidat Doktor Manajement SDM mengungkapkan Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian,perkebunan dan perikanan dengam kontribusi 24,08 persen masih dalam sekala bahan baku.Kemudian pertumbuhan ekonomi Sultra masih sangat tergantung pada sektor pertambangan dengan pertumbuhan 13 persen dan kontribusi 20,68 persen non sustainable dan tidak dirasakan oleh akar rumput masyarakat.
Begitupula bidang Infranstruktur industri akses usaha dan modal networking,brand dan kemasan belum mampu berkompetitif.Produktifitas dan kinerja masyarakat rendah.Ditandai dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan pengangguran menurun namun pendapatan rendah dan kemiskinan sangat tinggi.
“Terlebih lagi kami menilai paradigma pemerintah belum berani menjadikan sektor budaya wisata industri bahan jadi,packing dan pemberian brand menjadi andalan pembangunan ekonomi di Sultra.Partial program orinted idealnya cluster program oriented,”terangnya.
Pembukaan rakoor tersebut dihadiri Staf ahli Provinsi bidang ekonomi dan pembangunan Burhanuddin,Kepala Balitbangda Sultra Sukanto Toding,dan Balibangda Kabupaten/kota dan dinas terkait.
Laporan:Ismed
Tinggalkan Balasan