Menakar Para ‘Jagoan’ Sultra Berebut Kursi Senayan 2024

Keterangan Gambar : Direktur Eksekutif The Haluoleo Institut, Naslim Sarlito Alimin

Potretsultra

KENDARI – Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 tinggal setahun lagi. Para figur mulai pasang ‘kuda-kuda’ mempersiapkan diri merebut kursi senayan.

Di Sulawesi Tenggara (Sultra), para kandidat yang berebut kursi DPR RI ini dihiasi oleh para pemain yang boleh dibilang ‘jagoan’ politik di Bumi Anoa. Selain pemain-pemain lama, ada sejumlah pendatang baru yang juga dinilai punya kans besar merebut kursi senayan di 2024 mendatang.

Pemain-pemain petahana senayan seperti Ridwan Bae, Hugua, Tina Nur Alam, dan Rusda Mahmud dipastikan bakal kembali maju berebut kursi DPR RI. Termasuk politisi muda Partai Gerindra, Bahtra yang duduk di DPR RI hasil PAW juga kemungkinan besar bakal kembali berlaga di 2024.

Gerakan para pemain lama ini ternyata dibayangi oleh para jagoan politik Sultra yang lain. Misal nama Gubernur Sultra, Ali Mazi yang disebut-sebut juga tertarik dalam ajang perebutan kursi senayan 2024 nanti. Nama lain di Partai Nasdem yakni ada Bupati Konawe dua periode Kery Syaiful Konggoasa yang juga digadang-gadang bakal ikut menghiasi pertarungan senayan.

Diketahui ada 6 nama dari Dapil Sultra yang saat ini sedang menjalankan tugasnya sebagai anggota DPR RI. Ada Ridwan Bae dari Partai Golkar, Hugua dari PDI Perjuangan, Tina Nur Alam dari Partai Nasdem, Rusda Mahmud dari Partai Demokrat, Fachry Pahlevi Konggoasa dari PAN, dan Bahtra dari Partai Gerindra.

Mengamati dari konstelasi politik yang ada di Sultra saat ini, Direktur Eksekutif The Haluoleo Institut (THI), Naslim Sarlito Alimin menyebut bahwa para peraih kursi DPR RI 2019 lalu akan mengalami perubahan di Pileg 2024 nanti. Yang paling memungkinkan yakni di PAN, karena ia menilai konflik internal Kery Syaiful Konggoasa yang berpindah ke Partai Nasdem akan berpengaruh terhadap putra mahkotanya, Fachry Pahlevi Konggoasa yang diasumsikan tidak lagi bertarung di PAN pada Pileg 2024 nanti.

“Pasti banyak perubahan, yang kita pastikan itu PAN pasti berubah, karena bakal kehilangan Fachry. Apalagi saya melihat Fachry itu akan diproyeksi di Pilkada Konawe,” ujar Naslim saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (10/1/2023).

Naslim juga mengamati dinamika politik di tubuh Partai Gerindra. Ia menyebut Gerindra ibarat partai tak ‘bertuan’ usai ditinggal oleh mantan Bupati Konawe Selatan, H. Imran. Kursi DPR RI dari Gerindra setelah PAW Haerul Saleh, kini diduduki Bahtra. Namun Naslim melihat, belum ada yang benar-benar menjadi top leader.

“Figur Gerindra di Sultra saya melihat belum ada yang top leader begitu. Jadi belum ada yang sampai pada performance puncak. Semua baru akan mengorbit, termasuk Ketua Gerindra saat ini Pak Andi Ady Aksar. Beliau dari alam bisnis ke alam politik, transformasi ini tidak mudah bagi semua orang,” jelasnya.

Sementara Partai Golkar, Naslim menilai akan lebih stabil pada Ridwan Bae yang akan kembali duduk di kursi DPR RI pada 2024 mendatang. Walaupun memang digadang-gadang akan dibayangi kandidat lain seperti Ali Mochtar Ngabalin yang saat ini menjadi Tenaga Ahli Utama di Kepala Staf Kepresidenan (KSP).

“Tapi sejarah kita di Sultra itu tidak pernah ada calon yang namanya naturalisasi berhasil. Dulu Malkan Amin tidak bisa masuk, Amir Syamsudin pernah dulu di era SBY juga tidak bisa tembus, kemarin di 2019 ada nama Fajar Lase juga tidak bisa masuk. Jadi Sultra ini sebenarnya sangat sulit menerima kehadiran orang baru. Jadi saya rasa Pak Ridwan jauh lebih aman lah walaupun Pak Hery Asiku juga ada,” terangnya.

Dari sejumlah dinamika yang muncul, Naslim menilai konstelasi politik di Partai Nasdem jauh lebih menarik pada ajang perebutan kursi senayan 2024 mendatang. Karena dihiasi para jagoan politik, yakni Tina Nur Alam sebagai incumbent, Ali Mazi yang saat ini masih menjabat Gubernur Sultra, dan Kery Syaiful Konggoasa sebagai Bupati Konawe dua periode.

“Tapi saya melihat kalau kans ini dari perspektof saya, Bu Tina akan kesulitan menyaingi dua figur besar ini. Kalau Pak Ali Mazi ini kan dulu kita tau nda berhasil masuk DPR RI tapi suara personalnya dia besar, apalagi saat ini dia menjabat sebagai Gubernur Sultra,” katanya.

Perubahan konstelasi politik menuju senayan wilayah Sultra ini juga terjadi di tubuh PDI Perjuangan. Anggota DPR RI, Hugua akan sangat terganggu dengan kehadiran Sjafei Kahar yang juga digadang-gadang mengincar kursi senayan pada 2024 nanti.

Untuk Partai Demokrat, Naslim mengamati konstelasinya masih akan stabil kursinya kepada Rusda Mahmud. Karena untuk wilayah Dapil Sultra 5 yaitu Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur masih didominasi suaranya nanti ke Rusda Mahmud. Meskipun di partai besutan AHY ini juga ada nama Muhammad Endang SA yang akan bertarung di DPR RI.

“Figur Rusda itu terlalu kuat untuk Dapil Sultra 5, analisa kita dia masih jauh lebih stabil, walaupun itu tidak berarti tidka bisa terkalahkan apalagi durasinya masih cukup panjang,” ungkapnya.

Secara umum, menurut Naslim, sebagian besar para petahana di DPR RI saat ini akan tergantikan dengan nama-nama baru. Terkecuali di Partai Golkar dengan Ridwan Bae dan Partai Demokrat dengan nama Rusda Mahmud.

“Saya melihat incumbent di Golkar dan Demokrat itu jauh lebih stabil baik Pak Ridwan Bae maupun Pak Rusda. Mesipun Pak Rusda ini kita tidak terlalu lihat geliatnya, tapi militansi Dapil 5 ini cukup keras ke beliau,” ucapnya.

Naslim juga mengatakan, kemungkinan besar pada ajang perebutan kursi senayan 2024 nanti untuk Dapil Sultra masih akan diisi partai-partai pemenang sebelumnya. Seperti Partai Golkar, PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Demokrat, PAN, dan Partai Gerindra.

Karena Naslim melihat, geliat partai-partai yang lain belum mampu mengimbangi dominasi dari partai pemenang senayan pada 2019 lalu. Seperti PBB yang 2019 lalu tidak lolos parliamentary threshold,  selanjutnya PKB ada Jaelani yang dinilai masih mengandalkan strategi lama, Partai Ummat juga baru membangun konsolidasi, begitun dengan PPP dengan nahkoda baru Jenderal Barhim belum muncul geliat politiknya.

“Kalau saya lihat pesaing-pesaing dari partai baru kayaknya belum lah, gerakannya belum massif, masih partai lama yang akan mendominasi nanti hanya kemungkinan berganti orang saja,” pungkasnya.

Laporan: Redaksi

Potretsultra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *