
KENDARI – Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari bekerjasama dengan Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menggelar dialog publik dengan tema ‘Potensi Ekonomi Kreatif untuk Anak Muda Sulawesi Tenggara’ di Auditorium Mokodompit UHO, Rabu (20/2/2019).
Dalam paparan materinya, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa mengungkapkan, ekonomi kreatif harus menjadi besar karena ekonomi kreatif teknologi sebagai salah satu solusi permasalahan perekonomian di Indonesia.
“Sistem cyber generasi milenial dan mobilitas tinggi mempengaruhi perubahan perekonomian nasional, misalnya generasi milenial memilih menggunakan aplikasi online,” ungkap Hari Santosa.
Hal ini, lanjut Hari Santosa, bisa menjadi peluang pelaku ekonomi di Indonesia. Dengan perkembangan teknologi digital, karir di bidang ekonomi kreatif meningkat dan menyebar luas di masyarakat.
“Fenomena ini bukan hanya baik untuk masyarakat, tetapi juga untuk solusi perekonomian nasional,” ujarnya.
Hari Santosa juga mengatakan, industri kreatif ini memang sudah berkembang pesat di Indonesia. Industri kreatif juga memiliki peranan dalam meningkatkan suatu perekonomian di era global. Revolusi keempat juga ini akan mempredikai bahwa kedepan ekonomi global akan semakin bergantung pada sektor industri kreatif.
“Ketergantungan masyarakat global terhadap suatu teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari telah banyak menyebabkan pertumbuhan eksponensial industri kreatif,” katanya.
Sementara itu, Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Eko Sulistyo menjelaskan, pemerintah Indonesia saat ini memiliki komitmen mengembangkan industri kreatif. Kuncinya ada tiga hal yaitu kreativitas, skill, dan pengembangan sumber daya manusia.
“Hal ini ditunjukkan dari besarnya anggaran pendidikan pada APBN 2019 yakni Rp 492 triliun, yang difokuskan untuk pendidikan vokasi serta peningkatan keterampilan bagi pekerja dan pencari kerja,” jelas Eko Sulistyo.
Eko menyatakan, pada 10 tahun kedepan Indonesia mendapatkan anugerah ‘bonus demografi’, sebuah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif sangat mendominasi dari seluruh angkatan kerja kita.
“Bonus demografi ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan jika mereka memiliki skill dan teknologi tinggi, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan revolusi industri 4.0,” paparnya.
Eko Sulistyo menanamkan sikap optimistis bagi anak muda yang baru memulai embrio usaha rintisan atau start-up. Kata dia, teruslah berjuang menjadi entrepreneur dan technopreneur. Manfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah, di antaranya melalui Bekraf. Beberapa perusahaan rintisan yang kini meraksasa awalnya mengawali perjuangan dengan bantuan pemerintah.
“Bulapak yang kini sudah jadi unicorn dengan valuasi di atas 1 miliar Dolar AS itu bisa berkembang seperti sekarang karena mendapat dukungan dari Kementerian Kominfo dan lain-lain,” katanya.
Pada kesempatan ini, Rektor Universitas Haluoleo (UHO) Muhammad Zamrun memberikan apresiasi atas digelarnya dialog publik di kampus yang berdiri sejak 19 Agustus 1981 itu. Menurutnya, ekonomi kreatif jadi tantangan bagi hampir 50 ribu mahasiswa UHO.
“Kami harap mahasiswa tidak hanya beriorientasi menjadi pegawai negeri, tapi bisa memanfaatkan kearifan lokal dan menjadi wirausahawan baru di era Revolusi Industri 4.0,” papar Zamrun.
Laporan: Muhammad Rusmin
Editor: Jubirman




Tinggalkan Balasan