KOLAKA UTARA – Pemerintah terus menggalakaan program pembudayaan gemar membaca secara nasional melalui perpustakaan di semua provinsi dan kabupaten /kota hingga ke desa.
Gerakan pembudayaan gemar membaca ini diorientasikan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penambahan pengetahuan secara global. Program penggalan ini dilaksanakan pemerintah dengan terobosan program pembinaan hingga ke daerah-daerah sebagai transformasi pembinaan inkusi sosial.
Tahun ke tahun pemerintah meningkatkan gerakan pembudayaan gemar membaca di masyarakat melalui pembinaan berkelanjutan yang dibarengi pemberian penghargaan kepada daerah yang benar-benar mewujudkan program kegiatan yang bermanfaat bagi Masyarakat.
Di Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka Utara, berhasil menorehkan berbagai prestasi perpustakaan karena sangat aktif dalam pembinaan dan kolaborasi kegiatan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan Masyarakat sebagaimana telah menjadi tugas bersama sesui amanat UUD 45 alinea ke empat.
Tahun 2024 misalnya, Hasil rekapitulasi konsultan perpustakaan nasional menyebutkan bahwa, untuk implementasi program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, Kabupaten Kolaka Utara masuk 3 besar advokasi nasional periode Januari , dan Desa Woitombo masuk dalam 5 besar dimana pertama Desa Peniti Luar, Karang Anyar, Benteng Kota, Sungaijawi Dalam. Untuk publikasi nasional, Kolaka utara masuk dalam urutan 6 besar dan berada di urutan ke 11 untuk kategori pelibatan masyarakat.
Fasilitator Daerah (Fasda) Kabupaten Kolaka Utara, A, Idha, TLP,S.Sos.,M.Si berharap capaian ini bisa ditingkatkan lagi menuju pengumuman saat pemberian apresiasi di kegiatan Peer Learning Meeting Nasional tahun 2024.
Instansi perpustakaan daerah Kolaka Utara, dikenal cukup handal dalam pengelolaan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Salah satu cara menarik masyarakat datang berkunjung ke Perpusda adalah menciptakan kegiatan pelatihan ayam geprek yang di inisiasi FASDA berdasarkan kebutuhan masyarakat.
“Dengan terobosan ini, tidak hanya menambah pengetahuan baca masyarakat tapi juga mendapat pengetahuan usaha UMKM ayam geprek. impact yang direalisasikan yakni salah satu peserta telah membuka usaha ayam geprek di Desa Totallang,” katanya.
Lanjutnya, Kolaka Utara telah menjadi penerima manfaat program ini sejak tahun 2020 dimana dilakukan dimulai dari non apbd dan saat Peer Learning Meeting Nasional yang diadakan Perpustakaan Nasional RI Kolaka Utara mendapatkan penghargaan terbaik dalam implementasi perpustakaan berbasis inklusi sosial kemudian mendapatkan bantuan stimulant berupa perangkat tik dan juga diberikan kesempatan mengusulkan desa penerima manfaat, yang kesemua itu dilandasi oleh kolaborasi kegiatan bersama komunitas, OPD terkait.

“Pelaku usaha dan kerjasama tim kerja dinas perpustakaan Kolaka Utara dimana pada saat itu kepala dinasnya adalah Bapak Syamsulrijal. sehingga dari capaian tersebut seiring dengan berjalannya waktu pemerintah daerah telah memberikan sentuhan anggaran kegiatan program kegiatan tersebut pada sub kegiatan pengembangan literasi berbasis inklusi sosial,” bebernya.
Tahun 2021 desa yang lolos verifikasi yaitu Desa Mattirobulu, Lambuno, Ponggiha, Woitombo Dan Lawekaran. ke lima desa tersebut masing-masing menerima bantuan 1 paket bantuan stimulant dari Perpusnas RI, Perangkat TIK ( 3 unit Komputer, TV 43″ 1 Unit, Modem 1 Paket , Printer 1 Unit , Buku 700 Eks, Rak Buku 2 Unit, Server 1 Paket,serta paket Internet.
Kemudian tahun 2022 ada tiga desa lolos verivikasi dan mendapatakn juga bantuan perangkat TIK yaitu Desa Lapolu, Rantelimbong, Latawaro sejak mendapatkan manfaat program Kolaka Utara telah 3 kali berturut-turut menjadi terbaik nasional dalam implementasi program TPBIS ini.
Pada tahun 2023 progres capaian menurun mengakibatkan perpustakaan Kabupaten Kolaka Utara tidak lagi masuk terbaik tetapi ada salah satu desa yang mewakili terbaik nasional dalam implementasi program tpbis yaitu Desa Mattirobulu dan desa ini, telah 2 kali meraih prestasi berturut-turut.
Tahun ini alokasi anggaran menurun tetapi tidak menyurutkan semangat kami selaku fasilitator daerah (FASDA) dan para PIC perpustakaan desa untuk membuat rencana kerja pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial setidaknya buat rencana dulu dikala mana setelah advokasi ke stakeholder / komunitas /pelaku usaha kami dapat dukungan baik berupa dana/ barang/ narasumber, baru kemudian dilaksanakan lagi sesuai RENJA TPBIS tersebut.
Jika anggaran kantor atau desa sepenuhnya diharapkan tidak dapat merealisasi semua RENJA kegiatan dimana target kami per bulan untuk perpustakaan kabupaten minimal 20 kegiatan per bulan dan untuk desa minimal 10 kegiatan per bulan. program nasional ini mengajarkan bagaimana menggunakan anggaran sekecil mungkin untuk menghasilkan hasil yang maksimal bahkan tak terhingga.
Program prioritas perpustakaan nasional yaitu Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) jika di turunkan ke daerah dia masuk pada program pembinaan perpustakaan dalam kegiatan pembudayaaan gemar membaca tingkat daerah kabupaten/ kota dengan sub kegiatan yaitu pengembangan literasi berbasis inklusi sosial.
Redaksi



Tinggalkan Balasan