KENDARI-Investor Perusahaan INC Korea Selatan (Korsel) berencana mengiventasi modal pembangunan pabrik energi terbarukan di Sulawesi Tenggara (Sultra) diperkirakan bernilai sekitar Rp 1,6 triliun.
Diketahui, program pihak investor asal Korea Selatan tersebut,akan membudidayakan tanaman kayu energi biomassa yakni kayu kaliandra (Calliandra calothyrsus) guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri wood pellet (pelet kayu) yang ada di Korea Selatan.
Upaya merealisasikan program tersebut Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi didampingi Kepala Biro Kerjasama Setda Sultra Harmin Ramba dan bersama pejabat lingkup Pemprov Sultra menerima kunjungan balasan sejumlah investor dari Korea Selatan (Korsel) yang berencana akan berinvestasi di Sultra.
“Kehadiran Investor tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan dan kerjasama beberapa waktu lalu dimana saat itu kami melakukan penandatanganan Momorandum Of Understand (MoU) dengan perusahaan Korea Selatan serta proses tindak lanjut Pemprov Sultra dalam hal ini kerjasama di bidang energi terbarukan,” ujar Harmin Ramba Kepala Biro Kerjasama Setda Sultra itu usai menggelar pertemuan di ruangan rapat kantor Gubernur Sultra, Kamis (16/5/209).
Harmin Ramba menuturkan, kedatangan perusahaan asal Korea Selatan ini ingin melihat progres sejauh mana kesiapan Pemerintah Provinsi Sultra dalam rangaka tindak lanjut kerja sama dalam pertemuan beberapa waktu yang sudah melakukan MoU kerjasama.
“Mereka hadir (Investor Korsel, red) bukan hanya dari perusahaan (INC) Perusahaan Korea Selatan akan tetapi mereka juga membawa Wartawan Korea Selatan yakni Brainly Ekonomi yang nantinya akan diberitakan secara nasional di Korea Selatan,” jelasnya.
Lanjutnya, pertemuan kerjasama ini hanya menindak lanjuti kerjasama mengenai energi terbarukan dengan melihat potensi-potensi lainnya yang ada di Sultra. Gubernur Sultra Ali Mazi sudah menjelaskan kepada perusahaan Korea Selatan bahwa selain potensi kehutanan di Sultra, juga potensi perikanan, aspal Buton yang bisa dikerjasamakan.
“Mereka katakan, juga berminat mengenai potensi lainnya seperti perikanan dan aspal Buton, tetapi terlebih dahulu mereka realisasi kerjasama energi terbarukan ini dengan membangun bangunan pabrik energi terbarukan di Sulawesi Tenggara,” terang Harmin.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Indonesia Natural Cor Wahyu Konco Satrio mewakili Persahaan INC Korea Selatan mengungkapkan energi baru terbarukan itu merupakan kebutuhan dunia. Dimana Indonesia mempunyai lahan yang bisa memenuhi kebutuhan dunia dan kebetulan lahan yang masih luas tersebut berada di Sulawesi Tenggara.
“Pembangkit listrik tenaga bio massa, PLN sudah memberikan kami untuk pertama kali membangun pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBM) dengan kapasitas 10 Mega Watt yang terbesar di Indonesia. Namun setiap tahun akan dinaikan, karena seluruh dunia merekomendasikan agar bahan baku dari PLTBM tersebut dari bahan energi baru terbarukan,” kata Wahyu Konco.
Alasan kenapa harus memilih Sultra untuk membangun pabrik, sambungnya, karena untuk ukuran lahannya masih sangat luas dan sesungguhnya untuk Sultra mengenai potensi bahannya ada sebanyak satu juta yang hanya dibutuhkan sebanyak 26.000 Ha, yang wilayahnya berbeda-beda.
“Kami hanya membutuhkan sebanyak 26.000 Ha, untuk mendapatkan bahan energi baru terbarukan. Setelah selesai membangun pabrik energi baru terbarukan yakni PLTBM kedepannya kami akan melakukan kerjasama pembuatan Panel yakni bata ringan untuk bahan bangunan rumah,” tutupnya.
Laporan:La Ismeid
Tinggalkan Balasan