SEMARANG – Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor sebelumnya mengeluarkan rilis pers pada Rabu (24/10/2018) berisi 15 poin yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Sekretaris Jenderalnya Abdul Rochman.
Rilis pers ini mendapat kritikan pedas dari Ketua Umum HMI Cabang Semarang, Muhammad Zulfikar. Dirinya sangat menyayangkan 15 poin dari rilis pers GP Ansor terkait insiden pembakaran bendera tauhid di Kabupaten Garut tersebut.
“Dalam rilis itu terlihat GP Ansor tidak melakukan permintaan maaf kepada Umat Islam atas Insiden yang telah melukai hati umat Islam,” kata Zulfikar, Jumat (26/10/2018).
Menurut Zulfikar, GP Ansor terkesan arogan dan superior, sehingga tidak menganggap apa yang dilakukan oleh anggotanya adalah sebuah kesalahan dan tidak segera meminta maaf. Padahal kata dia, kasus ini tidak boleh dilihat secara parsial bahwa yang dibakar itu adalah bendera tauhid atau bukan.
“Jika dilihat secara komprehensif bahwa ada sekelompok orang yang merasa tersakiti oleh insiden itu karena menurut mereka bendera itu memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan beragama mereka, makanya jangan dilihat secara parsial,” terangnya.
BACA JUGA: Oknum Banser Bakar Bendera Bertulis Kalimat Tauhid, HMI Semarang Kutuk Keras
Zulfikar memberikan perumpamaan sederhana seperti orang merokok kepada GP Ansor. Katanya, kalau kita merokok, dan asapnya kita hembuskan kemana-mana, bisa jadi teman kita tidak terganggu, tapi ada orang lain yang akan merasa terganggu disekitar kita.
“Ketika orang lain terganggu dan penyakit asmanya kambuh misalnya, kita tidak mungkin akan langsung berdebat tentang apakah rokok itu halal atau haram,” jelasnya.
“Tapi sebagai orang Indonesia yang baik, kita seharusnya meminta maaf karena telah membuat orang lain merasa terganggu dengan perbuatan kita,” sambungnya.
Zulfikar juga mengatakan, negara ini sangat majemuk ada ratusan suku dan etnik serta beberapa agama besar, dengan corak keagamaan yang beragam pula. Dia mencontohkan kesultanan Buton yang menganggap sakral bendera Ar-Rayah.
“Di Kesultanan Buton misalnya, Bendera Ar-Rayah dianggap sakral karena merupakan Panji penanda masuknya islam di Kesultanan Buton,” katanya.
Olehnya itu, tambah Zulfikar, pihaknya mendesak kepada GP Ansor agar segera meminta maaf kepada umat islam atas perilaku yang telah melukai hati banyak umat Islam itu.
“Kami mendesak GP Ansor segera meminta maaf sebelum muncul gerakan-gerakan umat di seluruh Indonesia dan akan menggangu harmonisasi antar umat islam,” tandasnya.
Laporan : Jarman
Editor: Jubirman
Pingback: Bela Kalimat Tauhid, Ribuan Massa Gelar Aksi Damai di Sultra | Potretsultra