JAKARTA – Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin, M.Sc., M.Eng melakukan audiensi dengan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (09/10/2025).
Pertemuan tersebut merupakan langkah penting untuk menjajaki potensi kerja sama antara UICI dan Kementerian Kebudayaan dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan dan pelestarian budaya.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Fadli Zon menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk mendorong pemanfaatan teknologi dalam pengembangan budaya, termasuk digitalisasi aset budaya nasional melalui Direktorat Budaya Digital.
“Kita mempunyai aset budaya di seluruh Nusantara. Itu menjadi alasan kuat Kementerian Kebudayaan punya Direktorat Pengembangan Budaya Digital. Kita arahkan digitalisasi untuk seluruh aset-aset kebudayaan kita yang masih berbentuk fisik,” ujar Menteri Fadli.
Lebih lanjut, Fadli menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk memperkuat edukasi dan pelestarian budaya nasional.
“Ada banyak aset budaya nasional yang perlu dilestarikan melalui digitalisasi, dengan fokus utama pada museum-museum tingkat provinsi. Akan bagus sekali kalau kita bisa digitalisasi aset museum-museum provinsi, karena aset mereka itu banyak yang bagus,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa teknologi dapat menjadi sarana efektif dalam menjadikan edukasi budaya lebih interaktif. Dengan kemajuan teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR), edukasi kebudayaan dapat dilakukan dengan cara yang lebih menarik dan mendalam.
Selaras dengan Fadli Zon, Prof. Laode M. Kamaluddin menyampaikan dukungan penuh UICI terhadap pemanfaatan teknologi digital untuk pelestarian budaya.
Saat ini, UICI tengah mengembangkan Museum Imersif Kesultanan Banjar, yang dirancang sebagai model digitalisasi museum daerah dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data.
“Melalui teknologi, kita dapat menghadirkan kembali kekayaan budaya bangsa dalam format yang lebih hidup dan bisa diakses secara luas. Museum imersif ini kami harapkan menjadi percontohan bagi digitalisasi museum-museum daerah lainnya,” ujar Prof. Laode.
Lebih lanjut, Prof. Laode menegaskan bahwa inisiatif digitalisasi budaya sejalan dengan visi UICI untuk menciptakan ekosistem pembelajaran digital yang adaptif dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
“Kebudayaan adalah identitas bangsa, sementara teknologi adalah bahasa masa depan. Keduanya harus berjalan beriringan agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga produsen nilai budaya dalam ruang digital,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut, Prof. Laode hadir bersama Wakil Rektor II Lely Pelitasari Soebekty, Ketua Program Studi Komunikasi Digital Arrum Dara Situmorang, dan Kepala Divisi Komunikasi Publik dan Produksi Konten Izzaty Zephaniah.
Laporan: Jumrin


Tinggalkan Balasan