

OPINI – Empat tahun yang lalu, tepatnya pesta demokrasi dilaksanakan di Konkep, kita mulai berfikir bahwa mungkin ini momen yang paling tepat untuk membawa demokrasi berpihak ke rakyat, dimana putera daerah diusung untuk menggerakkan pembangunan ekonomi daerah yang lebih baik. Baik, dalam hal pemerataan pembangunan dan adil bagi seluruh masyarakatnya. Empat tahun telah berlalu sudah, kita terus berdiri di ruang yang sama dimana keterbelakangan dipelihara seolah ini sebagai sebuah kebanggaan.
Rasanya baru kemarin, kita menyaksikan gedung gedung wakil rakyat, perkantoran, dan konektivitas jalan yang dibangun terlihat secara tergesah-gesah dan seadanya oleh pemerintah sebelumnya dan kita masih menyaksikan sampai masa kini bahwa hanya ada sedikit yang berubah dari dulu sampai sekarang.
Tiap tahun pemerintah pusat menggelontorkan dana untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi daerah. Studi banding dilakukan di berbagai kawasan percontohan di Indonesia. Tetapi tetap saja tak ada yang berubah mungkin karena cara berfikirnya bukan sekedar untuk studi banding, melainkan hanya sekedar rekreasi saja. Pembahasan anggaran yang dilakukan juga kelihatannya bukan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Konsekuensinya, kita tidak melihat ada karya Pemda Konkep yang bisa dibanggakan oleh masyarakatnya.
Di sektor perkebunan misalnya, Wawonii memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dari komoditas kelapa yang menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakatnya. Akan tetapi, belum ada upaya yang serius yang dilakukan di sektor ini. Komoditas ini hanya dipahami sekedar dibuatkan kopra putih dan hitam atau minyak. Kelapa-kelapa yang sudah kurang produksi karena dimakan usia juga dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa ada terobosan dari pihak yang berwenang.

Dari pusat, pemerintah telah mendengung-dengungkan konsep konektivitas. Sebagai sebuah konsep yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi wilayah. Mungkin kah konsep ini dipahami oleh pemerintah di tingkat daerah sebagai strategi mendorong pertumbuhan ekonominya atau sebaliknya. Bicara konektivitas. Ada hal unik gaya pembangunan model Konkep.
Mungkin ini adalah satu-satunya konsep pembangunana jalan raya yang paling unik di dunia dan tidak pernah terjadi dalam sejarah pembangunan di kawasan mana pun. Ini unik khusus pembangunan Konkep. Bagaimana tidak, belum kelar pembangunan pengaspalan di pusat kabupaten tiba-tiba meloncat beberapa kilometer jauhnya dari kabupaten. Tepatnya di sebuah desa bagian utara Konawe Kepulauan. Tanpa alasan yang jelas, sektor ekonomi andalan apa yang bisa dibanggakan dari desa tersebut.
Baru menyelesaikan pengaspalan beberapa desa, tiba-tiba dipindahkan di salah satu desa bagian tengah Konawe Kepulauan. Bukankah ini lebih tepat disebut konsep pembangunan model katak. Menariknya pembangunan pengasapalan model ini dilakukana disaat disisi lain masyarakat Konawe Kepulauan lainnya masih harus memikul motor darat jika menyeberangi sungai. Juga Masih harus gotong-royong untuk mendorong kendaraannya di setiap tanjakan-tanjakan. Jika ini bagian dari rancangan pembangunan daerah, mestinya harus bisa dibenahi dengan baik agar tidak semerawutan.
Penulis: La Bania (Pemerhati Pembangunan Konkep)




Tinggalkan Balasan