Kolaborasi UNICEF, Jenewa Institute dan Pemprov Sulsel Tingkatkan Deteksi Dini Wasting pada Balita

Keterangan Gambar : Suasana Zoom Meeting Orientasi Online yang Digelar Pemprov Sulawesi Selatan Bekerjasama dengan UNICEF dan Jenewa Institute

MAKASSAR – Dalam upaya menangani masalah gizi balita, UNICEF Jenewa Institute dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan orientasi online (via zoom dan streaming youtube) tentang deteksi dini, rujukan, dan kelas pengasuhan balita berisiko wasting di tiga kabupaten, yaitu Enrekang, Luwu, dan Luwu Utara.

Kegiatan yang digelar Jumat (10/1/2025) ini bertujuan meningkatkan cakupan penemuan dini kasus wasting melalui pemberdayaan guru PAUD dan pelibatan orang tua dalam deteksi risiko wasting menggunakan metode sederhana, seperti pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) dan pemeriksaan edema (bengkak) pada kedua punggung kaki balita.

Kegiatan hari ini salah satu program kerja dari UNICEF, Jenewa Institute bersama Pemerintah Sulawesi Selatan dalam memberikan penguatan program gizi di Sulawesi Selatan. Berbicara gizi, negara Indonesia masih mengalami tiga masalah gizi utama, yaitu kekurangan gizi (aasting dan stunting), kekurangan zat gizi mikro dan kelebihan gizi (kegemukan dan obesitas). Masalah wasting di Sulawesi Selatan terus menjadi tantangan serius, dengan prevalensi yang meningkat dari 8,3 persen pada 2022 menjadi 9,1 persen pada 2023.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said, S.Gz., MPH. Ia menegaskan pentingnya deteksi dini untuk mendukung intervensi yang lebih cepat dan efektif. Mengingat risiko kematian anak dengan wasting yang 11,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan status gizi baik.

“Potensinya menjadi stunting jika tidak ditangani, sehingga program ini memberikan perhatian khusus pada pencegahan melalui deteksi dini,” ujar Surahmansah Said.

Sementara itu, Kabid PTK Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Mustakim, S.Pd., M.Si juga menyampaikan bahwa masa balita adalah masa emas yang menentukan kualitas hidup masa depan anak, sehingga penanganan masalah gizi seperti wasting dan stunting harus menjadi prioritas bersama.

“Selain itu, kelas pengasuhan bagi orang tua dan pengasuh anak di PAUD juga diintegrasikan untuk memberikan informasi tentang gizi seimbang dan stimulasi tumbuh kembang  yang optimal,” ungkap Mustakim.

Lebih lanjut Mustakim menjelaskan, orientasi ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk mencapai target penurunan prevalensi wasting menjadi 7 persen pada 2024. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, sekaligus mendukung tujuan global Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengurangi wasting menjadi di bawah 5 persen pada 2025.

“Dengan komitmen bersama, program ini diharapkan mampu menciptakan generasi sehat yang siap menyongsong masa depan,” ucapnya.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan fasilitator dari Jenewa Institute. Topik yang dibahas mencakup materi tentang strategi integrasi deteksi dini wasting (gizi kurang dan gizi buruk) di satuan PAUD, masalah gizi atau malnutrisi, termasuk alat bantu yang digunakan, definisi wasting, dampak serta penyebabnya.

Cara mengidentifikasi dan merujuk balita berisiko wasting, serta metode pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk anak usia 6-59 bulan dan pemeriksaan edema pada kedua punggung kaki. Setelah orientasi online ini, diharapkan guru PAUD dapat menyampaikan materi terkait deteksi dini, rujukan, dan kelas pengasuhan balita berisiko wasting kepada orang tua atau pengasuh. Proses pencatatan dan pelaporan dilakukan secara terintegrasi dari PAUD ke posyandu dan puskesmas, hingga ke Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten.

Laporan: Rosyid

Potretsultra Potretsultra Potretsultra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *