KENDARI – Sejumlah relawan Ganjar Pranowo di Sulawesi Tenggara (Sultra) mendeklarasikan diri. Relawan dihadiri langsung tim koordinator relawan pusat Adian Napitupulu yang juga kader PDIP.
Sekretaris DPW PRIMA Sultra, Wiwin Irawan menerangkan, di alam demokrasi seperti Indonesia ini, tentunya melakukan deklarasi dan mengkampanyekan usungan capresnya untuk dipilih adalah hal yang wajar dan biasa. Tentunya, harapan semua relawan agar kampanye capres usungannya dapat terpilih dalam pemilu yang akan digelar nantinya.
Namun, ada koreksi yang perlu diingat oleh seluruh pemilih yang ada di seluruh Indonesia. Sebagai pemilik suara, ada catatan penting yang perlu diingat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Catatan ini menjadi penting, karena dalam setiap pemilu tentunya, harapan setiap warga negara adalah terwujudnya kesejahteraan sosial yang sama ditau menjadi keinginan seluruh warga dan menjadi cita-cita luhur Indonesia Merdeka.
“Kesejahteraan bukanlah angan dan mimpi indah saat orang tidur, apalagi hanya sekedar simbol belaka yang hanya menjadi jualan tiap lima tahunan. Seperti yang sedang dikampanyekan para relawan Ganjar Pranowo di Sultra,” beber Wiwin, Minggu (27/8/2023).
Wiwin menerangkan, sebuah deklarasi yang langsung dihadiri koordinator relawan pusat sekaligus kader partai berkuasa saat ini justru mempertontonkan menaiki becak yang entah apa maksud tersirat dari semua itu.
Jika menelisik lebih dalam catatan periode berjalan 5 tahun belakangan ini, dinilainya justru menyayat hati. Karena selama 5 tahun ini, banyak kebijakan yang dikeluarkan baik oleh pemerintah maupun diparipurnakan DPR dinilai jauh dari kepentingan rakyat kecil, apalagi bicara kesejahteraan rakyat.
Wiwin menilai, kampanye dengan menaiki becak dan menggalang pemulung, petani dan sektor-sektor rakyat lain, tidak menggambarkan apa-apa selain gambaran simbolisasi semata.
“Harusnya Adian sebagai koordinator relawan dan juga kader partai berkuasa malu untuk melakukan hal itu. Aneh rasanya yang katanya seorang aktivis 98, tetapi selama ini justru ikut mengamini setiap kebijakan liberalisasi yang dijalankan oleh negara,,” cetus Wiwin.
Sebagai warga negara, kata Wiwin, tentu belum lupa dengan kebijakan yang diambil negara saat pandemi Covid-19, bukan rahasia umum, pandemi dinilai justru menjadi ladang oligarki kesehatan untuk menambah pundi-pundi kekayaan secara cepat.
“Lalu kita juga pasti ingat dengan Omnibuslaw, Undang-Undang Ciptaker yang isinya banyak menggerogoti hak-hak rakyat kecil seperti buruh, petani, nelayan bahkan tukang becak sekalipun. Dan masih banyak kebijakan lain yang menghancurkan penghidupan rakyat kecil,” urainya.
“Sebagai aktivis 98, apakah Adian Napitupulu memikirkan ini? Jangan menjadi tebal muka dan hati hitam dalam berbangsa dan bernegara. Adian harusnya malu menggunakan media kampanye seperti itu hanya untuk memuluskan hasrat politik kelompoknya,” tambahnya lagi.
Adian kata Wiwin, harus ingat tanggungjawab moril dan politik sebagai aktivis yang dulu selalu berteriak masalah hak rakyat kecil.
“Jangan jadikan keterpurukan rakyat kecil menjadi media kampanye yang terkesan simbolisasi tanpa ruh, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana sila kelima Pancasila,” pungkasnya.
Deklarasi sendiri digelar di pelataran Eks MTQ Kota Kendari. Deklarasi dimulai dengan pembacaan ikrar dan penyampainan deklarasi dipimpin oleh Adian Napitupulu.
Adian Napitupulu menyampaikan, agar rakyat melihat baik-baik calon pemimpin yang akan dipilih, mulai dari rekam jejak, latar belakang dan memperhatikan masyarakat kecil.
Deklarasi disampaikan dengan suara lantang mengajak seluruh rakyat di Sulawesi Tenggara untuk berpartisipasi dengan bijak dalam memilih calon pemimpin.
Anggota DPR RI itu juga menjelaskan, bagaimana kesederhanaan Ganjar Pranowo yang berasal dari keluarga sederhana berhasil menjadi kepala daerah.
“Ganjar, militan tangguh, kuat dan solid,” ucapnya.
Laporan: Aden































Tinggalkan Balasan